Kamis, 05 Mei 2011

EARNED VALUE

  1. Konsep Earned Value Method (EVM)dd

Penggunaan konsep earned value dimulai pada akhir abad 20 di industri manufaktur. Tinjauan EVM dimasukkan dalam PMBOK Guide® FirstEdition pada tahun 1987 dan edisi-edisi berikutnya. EVM mencapai momentumnya pada tahun 2000, ketika beberapa Negara bagian di Amerika Serikat mengharuskan penggunaan EVM pada semua proyek pemerintah.

Flemming dan Koppelman (1994) menjelaskan konsep earned value dibandingkan manajemen biaya tradisional. Seperti dijelaskan pada Gambar 1, manajemen biaya tradisional hanya menyajikan dua dimensi saja yaitu hubungan yang sederhana antara biaya aktual dengan biaya rencana. Dengan manajemen biaya tradisional, status kinerja tidak dapat diketahui. Pada Gambar 2 dapat diketahui bahwa biaya aktual memang lebih rendah, namun kenyataan bahwa biaya aktual yang lebih rendah dari rencana ini tidak dapat menunjukkan bahwa kinerja yang telah dilakukan telah sesuai dengan target rencana. Sebaliknya, konsep earned value memberikan dimensi yang ketiga selain biaya aktual dan biaya rencana. Dimensi yang ketiga ini adalah besarnya pekerjaan secara fisik yang telah diselesaikan atau disebut earned value/percent complete


Gambar 1. Perbandingan Manajemen Biaya Tradisional dengan Konsep Earned Value

Di dalam ilmu Manajemen Proyek terdapat istilah Earned Value Method (Metode Nilai Hasil). Bahkan di dalam ilmu Manajemen secara umum yang diperuntukkan perusahaan, ada yang disebut EVA atau Earned Value Analysis. Apakah itu Earned Value Method dalam ilmu Manajemen Proyek tersebut?

Pengertian atau definisi Earned Value dalam Manajemen Proyek diantaranya adalah:

1. Project Management Course.com mendefinisikan Earned Value sebagai berikut, "A method which measures project performance by comparing work completed against work planned (at a given date in the project schedule)."

2. Jurnal Civil Engineering Vol 5 No. 2 Tahun 2003 Universitas Kristen Petra Surabaya mendefinisikan Konsep hasil Nilai adalah suatu metode yang mengintegrasikan hubungan antara biaya dan waktu serta memberikan gambaran tentng kondisi kelangsungan proyek.

3. Suketu Nagrecha mendefinisikan Earned Value pada artikelnya An Introduction to Earned Value Analysis yaitu "Earned Value is a program management technique that uses "work in progress" to indicate what will happen to work in the future."

Metode Nilai Hasil (Earned Value Method) merupakan suatu metode yang digunakan pada teknik pengendalian proyek. Beberapa teknik pengendalian proyek selain Earned Value antara lain adalah Kurva S (S-Curve), Identifikasi Varian, Analisa Kecenderungan dan Rekayasa Nilai (Value Engineering). Penggunaan metode-metode tersebut tergantung dari seberapa jauh atau tingkat kedalaman informasi yang diinginkan

Di dalam setiap proyek dipastikan mempunyai anggaran dan waktu dan biasanya anggaran dan waktu itu terbatas. Ketika terdapat varian pada penggunaan anggaran dan waktu, maka akan menjadi pertanyaan bagi semua pihak apakah dana yang terbatas dan waktu yang tersisa akan mencukupi dan dapat membuat pelaksanaan proyek tepat sesuai rencana?

Metode Identifikasi Varian merupakan teknik pengendalian proyek berdasarkan varian biaya, sedangkan Kurva S berdasarkan varian jadwal proyek. Sehingga 2 (dua) metode ini tidak dapat menjawab pertanyaan di atas, karena dasar varian biaya dan waktu dipisahkan.

Metode Nilai Hasil atau sering disebut juga Konsep Nilai Hasil adalah konsep menghitung besarnya biaya yang menurut anggaran sesuai dengan pekerjaan yang telah diselesaikan atau dilaksanakan (budgeted cost of works performed). Earned Value menghitung nilai pekerjaan yang telah diselesaikan.

Metode Earned Value mengkombinasikan biaya, jadwal dan prestasi pekerjaan. Earned Value mengukur besarnya pekerjaan yang telah diselesaikan pada suatu waktu dan menilai berdasarkan jumlah anggaran yang disediakan untuk pekerjaan tersebut. Metode ini dapat mengungkapkan apakah kemajuan pelaksanaan pekerjaan proyek senilai dengan pemakaian bagian anggarannya. Dengan analisi konsep Earned Value dapat diketahui hubungan antara apa yang sesungguhnya telah dicapai secara fisik terhadap jumlah anggaran yang telah dikeluarkan.

  1. Penilaian Kinerja Proyek dengan Konsep Earned Value

Penggunaan konsep earned value dalam penilaian kinerja proyek dijelaskan melalui Gambar 2. Beberapa istilah yang terkait dengan penilaian ini adalah Cost Variance, Schedule Variance, Cost Performance Index, Schedule Performance Index, Estimate at Completion, dan Variance at Completion.

Gambar 2. Grafik kurva S Earned Value

 
 

A. Cost Variance (CV)

Cost variance merupakan selisih antara nilai yang diperoleh setelah menyelesaikan paket-paket pekerjaan dengan biaya aktual yang terjadi selama pelaksanaan proyek. Cost variance positif menunjukkan bahwa nilai paket-paket pekerjaan yang diperoleh lebih besar dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan untuk mengerjakan paket-paket pekerjaan tersebut. sebaliknya nilai negatif menunjukkan bahwa nilai paket-paket pekerjaan yang diselesaikan lebih rendah dibandingkan dengan biaya yang sudah dikeluarkan. Rumus untuk Cost Variance adalah :

CV = BCWP – ACWP

  • CV = 0 : biaya sesuai dengan anggaran rencana
  • CV > 0 : biaya lebih kecil/hemat
  • CV < 0 : biaya lebih besar/boros

B. Schedule Variance (SV)

Schedule variance digunakan untuk menghitung penyimpangan antara BCWS dengan BCWP. Nilai positif menunjukkan bahwa paket-paket pekerjaan proyek yang terlaksana lebih banyak dibanding rencana. Sebaliknya nilai negatif menunjukkan kinerja pekerjaan yang buruk karena paket-paket pekerjaan yang terlaksana lebih sedikit dari jadwal yang direncanakan. Rumus untuk Schedule Variance adalah:

SV = BCWP – BCWS

  • SV = 0 : proyek tepat waktu
  • SV > 0 : proyek lebih cepat
  • SV < 0 : proyek terlambat

C. Cost Performance Index (CPI)

Faktor efisiensi biaya yang telah dikeluarkan dapat diperlihatkan dengan membandingkan nilai pekerjaan yang secara fisik telah diselesaikan (BCWP) dengan biaya yang telah dikeluarkan dalam periode yang sama (ACWP). Rumus untuk CPI adalah :

CPI = BCWP / ACWP

  • CPI = 1 : biaya sesuai dengan anggaran rencana
  • CPI > 1 : biaya lebih kecil/hemat
  • CPI < 1 : biaya lebih besar/boros

Nilai CPI ini menunjukkan bobot nilai yang diperoleh (relatif terhadap nilai proyek keseluruhan) terhadap biaya yang dikeluarkan. CPI kurang dari 1 menunjukkan kinerja biaya yang buruk, karena biaya yang dikeluarkan (ACWP) lebih besar dibandingkan dengan nilai yang didapat (BCWP) atau dengan kata lain terjadi pemborosan.

D. Schedule Performance Index (SPI)

Faktor efisiensi kinerja dalam menyelesaikan pekerjaan dapat diperlihatkan oleh perbandingan antara nilai pekerjaan yang secara fisik telah diselesaikan (BCWP) dengan rencana pengeluaran biaya yang dikeluarkan berdasar rencana pekerjaan (BCWS). Rumus untuk Schedule Performance Index adalah :

SPI = BCWP / BCWS

  • SPI = 1 : proyek tepat waktu
  • SPI > 1 : proyek lebih cepat
  • SPI < 1 : proyek terlambat

Nilai SPI menunjukkan seberapa besar pekerjaan yang mampu diselesaikan (relatif terhadap proyek keseluruhan) terhadap satuan pekerjaan yang direncanakan. Nilai SPI kurang dari 1 menunjukkan bahwa kinerja pekerjaan tidak sesuai dengan yang diharapkan karena tidak mampu mencapai target pekerjaan yang sudah direncanakan.

E. Prediksi Biaya Penyelesaian Akhir Proyek/Estimate at Completion (EAC)

Pentingnya menghitung CPI dan SPI adalah untuk memprediksi secara statistik biaya yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proyek. Ada banyak metode dalam memprediksi biaya penyelesaian proyek (EAC). Namun perhitungan EAC dengan SPI dan CPI lebih mudah dan cepat penggunaannya. Ada beberapa rumus perhitungan EAC, salah satunya adalah sebagai berikut :

EAC = ACWP + ((BAC – BCWP) / (CPI x SPI))

Perhitungan EAC merupakan penjumlahan biaya aktual yang sudah dikeluarkan dan sisa biaya yang akan dibutuhkan untuk menyelesaikan proyek. Sisa biaya yang akan dibutuhkan diprediksi secara statistik dengan memperhitungkan efektifitas penggunaan biaya (CPI) dan kinerja pekerjaan terhadap rencana (SPI). Dari nilai EAC dapat diperoleh perkiraan selisih antara biaya rencana penyelesaian proyek (BAC) dengan biaya penyelesaian proyek berdasarkan kinerja pekerjaan yang telah dicapai (EAC) atau yang disebut variance at completion (VAC).

VAC = BAC – EAC

Indikator CPI dan SPI lebih sering digunakan untuk penilaian kinerja proyek dibanding SV dan CV. Nilai CPI dan SPI merupakan bobot nilai yang tidak memiliki dimensi sehingga dapat dilakukan perbandingan antara kinerja proyek satu dengan lainnya. Selain itu nilai SPI dan CPI memberikan perbandingan relatif terhadap BCWS atau Performance Measurement Baseline (PMB) yang menjadi dasar penilaian status proyek dari segi biaya dan waktu


 

Contoh pembuatan earned value.

No.

Item Pekerjaan

Anggaran (BCWS)

Bobot

Penyelesaian

Nilai Hasil (BCWP)

Pengeluaran (ACWP)

Cost Performance Index (CPI)

Anggaran Tersisa ETC = BAC - ACWP

Estimate At Cost (EAC = ACWP + ETC)

Bagian

Total

Rp.

%

%

%

Rp.

Rp.

1

2

3

4

5

6 = 4 x 5

7 = 3 x 5

8

9 = 8 / 7

10 = 3 - 8

11 = 8 + 10

1

Penggalian Tanah

2.500

19,23%

100,00%

19,23%

2.500

3.000

1,2

-

3.000

2

Pekerjaan Pondasi Bawah

3.000

23,08%

100,00%

23,08%

3.000

3.500

1,166667

-

3.500

3

Pekerjaan Pondasi Atas

2.200

16,92%

75,00%

12,69%

1.650

1.600

0,969697

600

2.200

4

Pekerjaan Badan Jalan

2.000

15,38%

20,00%

3,08%

400

400

1

1.600

2.000

5

Bahu Jalan

1.800

13,85%

0,00%

0,00%

-

-

  

1.800

1.800

6

Penahan Dinding Tanah

1.500

11,54%

0,00%

0,00%

-

-

  

1.500

1.500

TOTAL

13.000

100,00%

  

  

  

  

  

5.500

14.000


 

TUGAS MANAJEMEN KONSTRUKSI

NAMA    : DESI NURUL ARIANI

NO REG    : 5423093139

PRODI    : D3. TEK.SIPIL

SUMBER REFERENSI :

1. http://manajemenproyekindonesia.com/?p=769
2. http://posmaria.wordpress.com/2011/03/17/metode-nilai-hasil-earned-value/


 


 


 

1 komentar:

Unknown mengatakan...

7 = 3 x 5 yah?
Apa bukan 7 = 3 x 6 ya?

Thx

Pengikut